Menyatukan Dua Rumah Type 36



Membeli 2 kapling rumah type kecil yang bersebelahan, merupakan satu strategi untuk mendapatkan kapling rumah yang lebih besar dengan membangunnya secara bertahap. Anda tidak perlu membongkar seluruhnya, karena dinding-dinding bangunan lama masih bisa dipertahankan sehingga lebih mengirit biaya. Hanya dalam rencana pengembangannya perlu dicermati apakah konstruksi bangunan yang sudah ada apakah cukup kokoh untuk dipertahankan atau malah akan bermasalah di kemudian hari. Selain itu dengan posisi dinding yang sudah ada, akankah membuat rencana pengembangan dengan kebutuhan yang lebih kompleks masih dapat dioptimalkan ataukah sebaliknya.



Dengan informasi denah bangunan existing yang ada, saya mencoba membuat rencana penyatuan dua unit rumah tipe 36 tersebut dengan mencoba seminimal mungkin membongkar dinding yang sudah berdiri. Jika anda bandingkan gambar denah awal dan denah penyatuan terlihat bahwa dinding yang harus dibongkar adalah yang berwarna merah selain juga beberapa bagian dinding yang akan dijadikan lubang pintu baru. Yang berwarna hitam adalah dinding yang dipertahankan dan selebihnya yang berwarna biru adalah dinding baru.

Kebutuhan ruang saya coba akomodasikan dengan mengoptimalkan sisa lahan yang belum terbangun dan merubah sebagian fungsi ruang bangunan awal. Jadilah satu lay out ruang baru yang terdiri dari teras 3 m x 1.5 m, ruang tamu mungil 3 m x 2 m, ruang keluarga dan ruang makan 6 m x 3 m yang memiliki bukaan ke arah teras dan taman belakang, dapur 2.5 m x 3 m yang memiliki akses terpisah serta berhubungan dengan ruang cuci dan jemur di belakang. Ruang Tidur terdiri dari ruang tidur utama seluas 5.5 m x 4 m di belakang dengan kamar mandi dalam, 2 ruang tidur anak seluas 3 m x 3 m serta 1 ruang tidur tamu dengan luas 3 m x 3 m. Semua ruang tidur memiliki bukaan kearah taman depan.

Bentuk bangunan pun saya desain menyesuaikan dengan konsep rumah tumbuh yang antum inginkan. Konstruksi atapnya terpisah oleh dinding tinggi di tengah-tengah bangunan yang merupakan dinding batas kedua bangunan tersebut, sehingga pada saat pelaksanaan salah satu bangunan masih tetap dapat berfungsi. Saya menyarankan antum mendahulukan yang sebelah kanan, agar pada pelaksanaan tahap ke dua antum sudah memiliki ruang-ruang penunjang dan 1 buah ruang tidur, sehingga aktivitas rumah tangga tidak terhenti.
Pada ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan antum bisa membuat plafond miring mengikuti bentuk atap sehingga ruang-ruang tersebut terlihat tinggi dan terkesan lapang. Pada dinding miring ruang tamu diatas pintu utama juga dapat didesain menggunakan kaca lebar dengan kisi-kisi kayu atau besi di bagian luarnya.

Karena atap membentuk bidang miring yang terbuka di muka dan belakang bangunan dimana akan menimbulkan panas dan tampias pada jendela, maka ditambahkan konsol beton selebar 60 cm yang didesain memanjang dari ujung dinding ruang tidur anak hingga ruang tidur tamu dan menyatu dengan kanopi teras. Dari tampilan bangunan, konsol beton tersebut juga mampu menetralisir dinding miring agar tidak terkesan terlalu tinggi.
Ketinggian atap sebelah kanan dan kiri juga dibedakan kurang lebih 50 cm agar tampilan bangunan menjadi lebih dinamis. Atap didesain tidak mepet ke dinding tetangga kanan dan kiri agar curah hujan tetap jatuh dan meresap di halaman, karena itu sebagian ruang tidur utama dan dapur yang tidak tertutup atap miring ditutup dengan dak beton yang berfungsi juga untuk perletakan tanki air.

Luas total bangunan hasil penyatuan ini kurang lebih 115 m 2 jika per meter persegi harga bangunan 2 juta rupiah maka estimasi biaya yang dibutuhkan adalah 115 x 2 juta = 230 juta rupiah jika dikurangi dengan total meter lari konstruksi dinding (termasuk pondasi , tiang, sloof dan ring balok) yang dipertahankan dengan harga per meter lari nya adalah 1 juta x 44 m’ = 44 juta maka perkiraan biaya total yang dibutuhkan adalah 230 juta  – 44 juta = 186 juta rupiah. Biaya ini masih bisa berkurang lagi jika ada sebagian kusen, keramik lantai, genteng atau kayu yang dapat dimanfaatkan.